Peluang Tembakau

on Minggu, 25 September 2011

TEMANGGUNG, KOMPAS.com — Saat ini harga tembakau di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, telah menembus Rp. 100.000 per kilogram (kg). Harga ini ditetapkan pabrik rokok karena kualitas tembakau yang jauh lebih baik daripada tahun lalu.
Subakir, Kepala Desa Legoksari, Kecamatan Telogomulyo, mengatakan, harga tembakau kualitas C tahun ini telah mencapai Rp 160.000 per kg. Harga ini jauh lebih tinggi dibandingkan tahun lalu karena kualitas C saat itu hanya dihargai Rp 45.000 sampai Rp 50.000 per kg.
Menurut dia, harga ini layak diperoleh petani karena kualitas tembakau jauh lebih bagus daripada tahun lalu.
"Dari aromanya saja, daun hasil panen kali ini sudah bisa dipastikan berkualitas baik dengan kadar nikotin jauh lebih tinggi daripada tahun kemarin," ujar Subakir, Senin (22/8/2011).
Hasil panen tembakau berkualitas karena kondisi cuaca yang mendukung, panas tanpa hujan selama tiga bulan terakhir. Jika cuaca tetap bertahan seperti ini, menurut Subakir, para petani optimistis akan mampu mendapatkan hasil panen tembakau srintil, yang biasanya laku terjual dengan harga mahal, di atas Rp 200.000 per kg.
Tembakau srintil ini urung mereka dapatkan pada tahun 2010 karena ketika itu, hujan terus turun sepanjang tahun.
Tanda-tanda akan munculnya tembakau srintil, sudah mulai ditunjukkan dari munculnya bintik-bintik jamur berwarna kekuningan dari daun tembakau yang dipetik terakhir kali.
"Setelah muncul jamur kuning ini, maka pada petikan berikutnya, biasanya tembakau yang dipanen adalah tembakau srintil," ujarnya.
Sujito, petani asal Desa Kwadungan Jurang, Kecamatan Kledung, mengatakan, saat ini harga tembakau tertinggi di Desa Kwadungan Jurang, telah mencapai Rp 120.000 per kg. Harga ini hampir mendekati harga jual tembakau tertinggi dari hasil panen terakhir, Rp 140.000 per kg.
"Jika pada tahun lalu, harga jual cukup berhenti pada Rp 120.000 per kg, maka pada tahun ini, kami optimistis harga saat ini akan terus naik, bahkan lebih dari Rp 300.000 per kg," ujarnya.
Di Kabupaten Temanggung, luas areal tanaman tembakau tahun ini mencapai 14.244 hektar, dan tersebar di 15 kecamatan.
Sekretaris Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Temanggung, Agus Setiawan, mengatakan, selain karena kualitas tembakau bagus, harga jual yang tinggi terjadi karena permintaan dan kebutuhan pabrik rokok juga tinggi.
"Tahun ini, pabrik akan membeli banyak tembakau untuk mencukupi kebutuhan mereka yang tidak terpenuhi akibat gagal panen tahun kemarin," ujarnya.





MADIUN, KOMPAS.com - Harga tembakau di Kabupaten Madiun dan sekitarnya di Jawa Timur, saat ini sangat bagus. Jika sebelumnya daun tembakau basah hanya dihargai Rp 20.000 per kilogram (kg), sekarang naik jadi Rp 32.000.
Sudar (52), petani tembakau di Desa Moneng, Kecamatan Pilangkenceng, mengatakan untuk tembakau dengan kualitas paling rendah dihargai Rp 22.000 per kg. Harga itu jauh lebih tinggi dibandingkan tahun lalu Rp 18.000 per kg. Selain harganya tinggi, daun tembakau juga banyak diburu oleh pedagang. Hal ini memudahkan petani menjual hasil panennya. Tingginya harga tembakau pada musim panen kali ini diduga disebabkan tidak banyak petani yang menanam. Kebanyakan petani memilih tanam palawija karena dihantui kegagalan tanam tembakau pada musim kemarau tahun lalu.

Tembakau

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Perkebunan tembakau
Tembakau adalah produk pertanian yang diproses dari daun tanaman dari genus Nicotiana. Tembakau dapat dikonsumsi, digunakan sebagai pestisida, dan dalam bentuk nikotin tartrat dapat digunakan sebagai obat.[1] Jika dikonsumsi, pada umumnya tembakau dibuat menjadi rokoktembakau kunyah, dan sebagainya. Tembakau telah lama digunakan sebagai entheogen di Amerika. Kedatangan bangsa Eropa ke Amerika Utara memopulerkan perdagangan tembakau terutama sebagai obat penenang. Kepopuleran ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat bagian selatan. Setelah Perang Saudara Amerika Serikat, perubahan dalam permintaan dan tenaga kerja menyebabkan perkembangan industri rokok. Produk baru ini dengan cepat berkembang menjadi perusahaan-perusahaan tembakau hingga terjadi kontroversi ilmiah pada pertengahan abad ke-20.
Dalam Bahasa Indonesia tembakau merupakan serapan dari bahasa asing. Bahasa Spanyol "tabaco" dianggap sebagai asal kata dalam bahasa Arawakan, khususnya, dalam bahasa Taino di Karibia, disebutkan mengacu pada gulungan daun-daun pada tumbuhan ini (menurut Bartolome de Las Casas, 1552) atau bisa juga dari kata "tabago", sejenis pipa berbentuk y untuk menghirup asap tembakau (menurut Oviedo, daun-daun tembakau dirujuk sebagai Cohiba, tetapi Sp. tabaco (juga It. tobacco) umumnya digunakan untuk mendefinisikan tumbuhan obat-obatan sejak 1410, yang berasal dari Bahasa Arab "tabbaq", yang dikabarkan ada sejak abad ke-9, sebagai nama dari berbagai jenis tumbuhan. Kata tobacco (bahasa Inggris) bisa jadi berasal dari Eropa, dan pada akhirnya diterapkan untuk tumbuhan sejenis yang berasal dari Amerika.

[sunting]Daerah penghasil tembakau

[sunting]Indonesia

Dua orang pegawai perusahaan perkebunan tembakau "Deli-Maatschappij" di awal abad ke-20 di Deli,Sumatera Timur.
Di Indonesia, tembakau yang baik (komersial) hanya dihasilkan di daerah-daerah tertentu. Kualitas tembakau sangat ditentukan oleh lokasi penanaman dan pengolahan pascapanen. Akibatnya, hanya beberapa tempat yang memiliki kesesuaian dengan kualitas tembakau terbaik, tergantung produk sasarannya.
Berikut adalah jenis-jenis tembakau yang dinamakan menurut tempat penghasilnya.
  • Tembakau Deli, penghasil tembakau untuk cerutu
  • Tembakau Temanggung, penghasil tembakau srintil untuk sigaret
  • Tembakau Vorstenlanden (Yogya-Klaten-Solo), penghasil tembakau untuk cerutu dan tembakau sigaret (tembakau Virginia)
  • Tembakau Besuki, penghasil tembakau rajangan untuk sigaret
  • Tembakau Madura, penghasil tembakau untuk sigaret
  • Tembakau Lombok Timur, penghasil tembakau untuk sigaret (tembakau Virginia)
  • Tembakau Kaponan (Ponorogo), penghasil tembakau untuk tingwe (tembakau jenis sompo rejep)
saat ini Kota Jember juga sebagai penghasil tembakau.

Harga Tembakau Terjun Bebas 
Sabtu, 24/09/2011 | 11:22 WIB
BOJONEGORO – Kekhawatiran para petani tembakau kini menjadi kenyataan. Sebab, harga tembakau beberapa hari terakhir terus turun. Selain faktor memasuki masa akhir panen, hujan juga turut andil atas melorotnya harga komoditi pertanian di Kota Ledre itu.
Pantauan Surabaya Post menyebutkan, saat ini harga tembakau rajangan berada pada kisaran Rp 20 ribu per kg. Sementara, untuk kualitas yang lebih bagus harganya masih bisa menyentuh pada angka Rp 30 ribu per kg.
Sulaiman, petani tembakau asal Desa Tlogoagung, Kecamatan Kedungadem, mengatakan, lelet pada tanaman tembakau menjadi turun sehingga daunnya menjadi tipis. “Kalau hujan leletnya turun, daunnya jadi tipis,” ujar dia Sabtu (24/9) pagi tadi.
Meski masih sporadis di beberapa wilayah, Suparman tetap hawatir jika hujan terus mengguyur Bojonegoro. Jika demikian, maka dipastikan tanaman tembakaunya akan mati. Meski terkadang masih bisa menyelamatkan beberapa tanaman tembakau dengan memanen dini, ia menyatakan hal itu bakal berdampak pada harga.
‘‘Bisa saja kami memanen lebih cepat, tapi kualitasnya akan menurun. Biasanya, para pengepul hanya mau membeli dengan harga berkisar Rp 18 ribu saja,’’ terangnya.
Untuk saat ini saja, lanjut dia, tak sedikit tanaman tembakau di lahan miliknya yang layu. Namun ia dan petani lain memutuskan untuk tetap membiarkan daun tembakau yang masih muda dengan harapan lekas masak. ‘‘Sebab, kalau tetap dipanen maka warnanya akan hijau dan tak sebagus daun yang siap panen,’’ ujar dia lebih lanjut.
Selain para petani, turunnya harga tembakau juga membuat para tengkulak tembaku kecewa. Sebab, banyak para tengkulak yang sudah memberikan uang muka/Down Payment (DP) pada para petani. Namun, kenyataannnya  harga tembakau yang ditentukan oleh gudang terus terjun bebas. Hamid, salah satu tengkulak asal Desa/Kecamatan Sumberrejo, Kabupaten Bojonegoro mengungkapkan, pihaknya merasa rugi gara-gara terlanjur memberikan DP saat tembakau tahap pengeringan oleh para petani.
‘‘Bagaimana tidak rugi? Wong saya bayar DP tidak kepada satu atau dua orang,’’ ujar dia dengan nada kecewa.
Padahal, lanjut dia, sebelumnya ia mengira harga akan mengalami penurunan pada akhir bulan ini. Hal itu dilihat dari para petani yang sekarang ramai-ramainya panen masa pertengahan. Namun, realitasnya pada pertengahan September ini saja harga sudah berangsur turun.
‘‘Saya kira turunnya pada akhir bulan, soalnya masa panen tembakau sebagian baru masuk pertengahan, dan itu bagus-bagusnya hasil panen tembakau,’’ ujarnya. md5


Panen Tembakau Putarkan Dana Rp1,18 Triliun


Large_tembakau-yay_dc__4_

Berita Terkait

JAKARTA: Akademisi memperkirakan total uang yang beredar dalam panen raya tembakau pada bulan-bulan ini mencapai sekitar Rp1,18 triliun. 
Agung Nugroho, peneliti di Lembaga Penelitian Pengembangan dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Magelang, menuturkan jumlah uang yang beredar dalam panen raya tembakau tahun ini cukup besar, lantaran panen dinilai berhasil.
"Namun dari uang yang beredar itu, sebagian besar hanya dinikmati oleh pedagang atau tengkulak. Petani hanya menikmati sisa-sisanya saja," ujar Agung dalam diskusi mengenai pengendalian dampak tembakau sore ini.
Menurut Agung, untuk memperbesar porsi perolehan petani, pemerintah diminta untuk memperbaiki tata niaga tembakau. Selama ini sistem perdagangan bahan baku rokok itu tidak berpihak kepada petani, dan lebih menguntungkan para tengkulak.
Sementara itu, staf pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Anhari Ahadi menuturkan perlu ada alternatif tanaman agar petani tembakau bisa beralih menanam tanaman yang lain.
"Dengan adanya pertanian di luar tembakau, memungkinkan petani bisa memperbaiki taraf hidupnya. Menanam tembakau tidak lebih menguntungkan daripada menanam tanaman lainnya," kata Anhari. (sut)

    

Musim Kemarau Masa Emas Petani Tembakau

Kamis, 22 September 2011 10:03 WIB
REPUBLIKA.CO.ID,KLATEN - Musim kemarau tahun ini disambut senyum manis petani tembakau. Malah, mereka berharap hujan turun setelah Oktober nanti.
''Cuaca seperti ini merupakan masa emas bagi kami,'' ujar Siswanto (47), seorang petani di Desa Pucung, Solodiran, Kecamatan Manisrenggo, Klaten, kepada Republika.
Cuaca kemarau September ini merupakan rejeki bagi petani. Ini karena masa keemasan. Kualitas daun tembakau cukup bagus.
Saat ini, petani tengah memetik tembakau kualitas D. Harga jual tembakau rajangan kering mencapai Rp 100 ribu per kg. Bila tak ada aral melintang, hujan turun misalnya, masa keemasan masih berlanjut.
Memasuki Oktober, kualitas daun tembakau memasuki masa puncakdengan sebutan kualitas D. ''Bila daun tembakau dirajang hingga kering bisa, itu mencapai harga Rp 125 ribu hingga Rp 150 ribu per kg,'' ujar Siswanto (47).
Masih menurut Siswanto, doa petani tembakau di sini berharap hujan setelah Oktober. Harapan ini bertolak belakang dengan petani lain atau warga tinggal di daerah bencana kekeringan yang mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan air.
Namun, cuaca seperti ini merupakan berkah bagi petani tembakau jenis Bligon di sini. Sekadar diketahui, usia tanam tembakau 105 hari.
Masa petik pertama dikenal kualitas A dengan harga Rp 25 ribu. Kemudian masa petik kedua dikenal kualitas B harga jual naik Rp 40 ribu. Disusul masa petik ketiga kualitas C dengan harga jual Rp 70 ribu per kg.
Kebetulan musim kemarau tahun ini menjadi berkah bagi petani. Tak segera turun hujan. Sehingga kualitas tembakau di sini menjadi buruan pabrik rokok hingga tengkulak tembakau.




Mengatur Produk-Produk Tembakau

Sektor tembakau telah ditetapkan pemerintah sebagai salah satu dari 10 industri prioritas di Indonesia, mencerminkan tingginya daya serap tenaga kerja dan kontribusi industri terhadap pendapatan negara. Menurut data pemerintah, sektor tembakau memiliki lebih dari 6 juta tenaga kerja, termasuk petani, serta sektor manufaktur, penjualan dan distribusi. Tahun 2009, tembakau menyumbangkan Rp55 triliun cukai kepada negara, atau 6,4% dari total pendapatan negara.
Regulasi tembakau di Indonesia saat ini diatur oleh Peraturan Pemerintah (PP 19 / 2003) dan Undang-Undang Kesehatan Indonesia No. 36/2009.  Pada tahun 2007 pemerintah Indonesia memperkenalkan Roadmap Industri Tembakau. Roadmap mempertimbangkan tiga prioritas utama bagi sektor tembakau di Indonesia - ketenagakerjaan, pendapatan negara dan kesehatan masyarakat - dan menetapkan batas-batas waktu regulasi dari tahun 2007-2020.

Bantul (ANTARA) - Petani tembakau Dusun Siluk, Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memperoleh keuntungan besar pada masa panen saat ini. 
Sekretaris kelompok tani tembakau di Dusun Siluk, Sugito di Bantul, Selasa, mengatakan, dalam kelompoknya, para anggotanya memiliki tanaman tembakau seluruhnya seluas 19 hektare, yang mulai memasuki masa panen dengan produktivitas per hektare rata-rata 1,5 ton daun tembakau, atau 175 kilogram daun tembakau rajangan. 
"Saat ini harga tembakau rajangan kering Rp90.000 hingga Rp120.000 per kilogram, sehingga total dari areal tanaman tembakau seluas 19 hektare, yang setiap hektarenya dihasilkan 175 kilogram tembakau rajangan, maka diperoleh hasil penjualan minimal Rp349 juta," katanya. 
Menurut dia, modal tanam tembakau untuk setiap hektare antara Rp1 juta hingga Rp2 juta, sedangkan setiap hektare bisa menghasilkan 1,5 ton daun tembakau, atau sekitar 175 kilogram tembakau rajangan. 
"Kalau dihitung dari modal sebesar Rp1 juta hingga Rp2 juta, maka bisa diperoleh hasil penjualan Rp18 juta lebih. Kalau areal tanaman tembakaunya luas, maka untungnya juga besar," katanya. 
Ia mengatakan dari hasil panen tembakau lokal atau yang dikenal dengan sebutan tembakau siluk ini, sebagian besar langsung dibeli pengepul dari luar Kabupaten Bantul, seperti Kulon Progo (DIY), Kebumen dan Purworejo (Jawa Tengah). 
Menurut dia, kondisi sekarang berbeda ketimbang tahun lalu, karena saat itu petani mengalami gagal panen akibat hujan sepanjang tahun, sehingga tembakau tidak bisa tumbuh. "Kami bersyukur tahun ini musim kemaraunya panjang, dan ini memang yang ditunggu-tunggu petani," katanya. 
Ia mengatakan memang dari luas tanaman tembakau yang ada saat ini belum semua dipanen. Bagi yang menanam tembakau pada Mei lalu, saat ini sudah panen, sedangkan yang tanam pada Juli, belum panen. 
Petani khawatir kalau hujan mulai turun September ini, maka yang belum panen, hasil panennya nanti tidak maksimal, karena tembakau yang dirajang halus harus dikeringkan dengan sinar matahari.
"Kalau hujan sudah datang nanti, tembakau rajangan halus tidak bisa dikeringkan, paling bisa dijual berupa daun tembakau basah saja. Kami berharap pada September ini tidak hujan sampai seluruh petani panen," katanya. 
Ia mengatakan selain hujan, para petani tembakau di wilayah ini sebelumnya juga direpotkan adanya hama ulat yang menyerang tanaman yang baru tumbuh, sehingga mereka khawatir akan mempengaruhi hasil panen. 
"Kami sempat mengkhawatirkan hama ini akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas hasil panen, karena kami hanya melakukan pembasmian ulat secara konvensional," katanya.
Peluang Investasi Agribisnis Tembakau 
a.  Latar Belakang
Tembakau Virgina merupakan salah satu jenis tembalau yang dapat tumbuh subur di wilayah
kabupaten Garut disamping jenis tembakau local yang sudah diusahakan oleh masyarakat
petani di Kabupaten Garut.
Melalui usaha rintisan yang dipelopori oleh Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan
Perkembangan telah menunjukan suatu hasil    yang dapat ditindaklanjuti dalam bentuk usaha
agribisnis yang menguntungkan produk tembakau yang dihasilkan oleh para petani terdapat
dalam dua bentuk tembakau rajangan dan daun tembakau oven. Keduanya sama‐sama memiliki
pasar yang sangat potensial.
Tindak lanjut usaha potensial ini telah dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan
Penanaman modal Kabupaten Garut pada tahun 2007, antara lain dengan melakukan
pembangunan oven percontohan di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Karangpawitan,
Kecamatan Pangatikan dan Kecamatan Pasirwangi. Pda tahun yang sama juga telah melakukan
kegiatan pasilitas bagi petani produsen tembakau berupa magang ke Lombok sebagai daerah
terbesar hasil tembakau Virginia terbesar di Indonesia. Uji coba pengopenan telah dilakukan di
Kabupaten Garut dan hasilnya menggembirakan karena daun tembakau oven dapat diterima
oleh supplier tembakau yang memiliki persyaratan ketat.Peluang Investasi Agribisnis Tembakau - garutkab.go.id  Halaman 2 
Industri rook nasional menggunakan tembakau virgina sebanyak kurang lebih sebesar 85% dan
15% nya adalah tembakau local dan bumbu lainnya. Keadaan ini tentu saja merupakan peluang
bsinis yang potensial untuk dikembangkan melalui    system infestasi. Untuk maksud tersebut,
maka pemerintah Kabupaten Garut telah melakukan sebuah kesepakatan kerja    sama dengan
salah satu supplier tembakau di Jawa Timur. Permintaan tembakau virgina pada petani cukup
banyak mencapai 100 ton/tahun dalam bentuk daun tembakau oven.
b. Sistem Agribisnis
a.  Sarana dan prasarana
•  Lahan (luas, sumber air, Klimatologi, topografi dll yang terkait)
•  Tenaga kerja (ketersediaan tenaga kerja, system upah dll
•  Keahlian on farm (budidaya, pengolahan tanah, pemupukan dll)
•  Modal (keperluan untuk menunjang sarana dan prasarana).
b.   Budi daya
•  Ketinggian tanah untuk tembakau
•  Varietas yang dianjurkan (penanaman bibit, kerapatan tanaman, pengairan, pengobatan
dll)
•  Hama dan penyakit (jenis dan pengendaliannya)
•  Jenis pupuk dan obat‐obatan yang diperlukan
•  HOK (untuk pengolahan,pemeliharaan dll).
c.    Produksi
•  Teknik Pemetikan
•  Pengakutan dari lahan ke jalan
•  Proses perajangan,pemjemuran dan alat‐alat yang di perlukan
•  Proses pengovenan dan alat yang diperlukan
•  Biaya (peralatan,oven dan bahan bakar, HOK).
d.   Pemasaran
•  Grading (tembakau oven dan rajang)
•  Pengemasan
•  Penyimpanan
•  Tata niaga
•  Sistem Pembayaran
•  Kesepakatan Pemkab/Suplier (intinya), Naskah MoU dilampirkan.Halaman 3 Peluang Investasi Agribisnis Tembakau - garutkab.go.id 
e.  Penunjang
•  Dinas TPHP (kebijakan budidaya dan lahan)
•  Disperindag dan PM (teknis produksi/pengoyenan dan perijinan investasi)
•  Intansi Pemkab (KPSDMKP) Penyuluhan,bimbingan dll
•  Organisasi petani (KTNA) Dan kelompok tani
•  Agen Pupuk Kimia
•  Produsen Pupuk Organik
c.  Analisis Ekonomi Usaha Tembakau
NAMA PROYEK : Usaha Tembakau
KAPASITAS    :
LOKASI    : Kadungora,Leles,Tarogong,Bayongbong,Sukawening,
        Karangpawitan,Cibatu,Limbangan,Banyuresmi,Cilawu,
                                        Samarang dan lain‐lain
LUAS LAHAN
Kebutuhan Lahan       : 1 Ha
Status  Lahan       : Milik Masyarakat
KEBUTUHAN TENAGA KERJA    :   1 Orang tenaga tetap/Ha (pengawasan)
            11 Orang tenaga tidak tetap
                                      Jumlah                  12 Orang                     
PERKIRAAN INVESTASI
Modal Tetap   : Rp. 9.000.000/Ha
Modal Kerja    : Rp. 7.000.000/Ha    
            Jumlah : RP.16.000.000/Ha





Entri Populer